Pengertian Plak
Plak adalah
lapisan tipis dari mikroorganisme, sisa makanan dan bahan organik yang
terbentuk di gigi, kadang-kadang juga ditemukan pada gusi dan lidah.
Plak merupakan agregat sejumlah besar dan berbagai macam mikroorganisme
pada permukaan gigi mulai erupsi dengan cepat akan dilindungi lapisan
tipis glikoprotein yang disebut aequired pellicle. Glikoprotein di dalam
air ludah akan diserap dengan spesifik pada hidroksiaptit dan melekat
erat pada permukaan gigi (Roeslan,2002).
Menurut
Depkes (1995) plak adalah lapisan tipis yang tak berwarna (transparan)
tidak dapat dilihat dengan mata biasa, melekat pada gigi dan membentuk
koloni atau kumpulan yang terdiri dari air liur, sisa-sisa makanan,
jaringan mati, fibrinogen, mikroorganisme dan lain sebagainya. Untuk
melihat plak digunakan zat pewarna yaitu disclosing solution.
Komponen Plak
Menurut Roeslan (2002) plak gigi bakterial mengandung 3 komponen fungsional yaitu :
a. Organisme kariogenik, terutama s.mutans, L.Acidophillus dan A. Viscocus.
b. Organisme penyebab kelainan periodontal khususnya bacteroides asaccha rolyticus (gingivitis) dan Actinobacillus.
c. Bahan adjuvan dan supresif adalah lipopolisakarisa, dekstan dan asam lipoteikoat.
Plak
juga terdiri dari mutans dan streptokokus sanguis yang ditandai oleh
kemampuannya mensintesis sukrosa menjadi polisakarida ekstraseluler dan
asam. Mikroorganisme tersebut selain mampu membentuk asam (asidogenik)
juga tahan terhadap asam (asidurik).
Menurut
Houwink dkk (1993) plak supra dan sub gingival hampir tiga perempat
bagian terdiri dari bakteri. Terbukti bahwa 1 mg plak mengandung kurang
lebih 3 X 108 bakteri. Di samping bakteri plak mengandung glikoprotein
dan polisakarida esktraseluler (PSE) yang bersama-sama membentuk matriks
plak. Tambahan sisa-sisa sel epitel, granulosat, dan sisa-sisa makanan.
Keadaan lingkungan seperti susunan ludah, substrat yang disediakan,
konsentrasi zat asam, dan efektifitas pembersihan buatan dan fisiologis
sangat mempengaruhi susunan flora. Oleh karena itu susunan plak berbeda
dari tempat ke tempat. Kebanyakan bakteri pada plak gigi adalah
streptokokus dan aktinimisetes. Terutama dalam fisure terdapat
streptokokus dalam presentase yang relatif tinggi daripada dalam plak
aproksimal, dimana justru species actinomyces merupakan jumlah flora
yang lebih besar.
Faktor Penyebab Terjadinya Plak
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya plak oleh Carlson dalam Sriyono (2005) dibagi menjadi 2:
a. Lingkungan fisik meliputi :
1). Anatomi gigi dan posisi gigi
2). Anatomi jaringan sekitar gigi
3). Struktur permukaan gigi
4). Gesekan oleh makanan dan jaringan sekitar
5). Tindakan kebersihan mulut
b. Hadirnya nutrien yang meliputi :
1). Makanan atau diet
2). Cairan gusi
3). Sisa epitel dan leukosit
4). Saliva
Dari faktor tersebut salah satu faktor terpenting adalah tindakan kebersihan mulut (Dally,1996 dalam Sriyono, 2005).
Mekanisme Pembentukan Plak
Pada
permukaan gigi yang sudah dibersihkan segera akan tumbuh lapisan tipis
yang menutupi permukaan email, lapisan ini tumbuh karena adsorbsi zat
putih telur dan glikoprotein dari ludah. Lapisan tipis ini, tembus
cahaya dan tidak mengandung bakteri serta tidak mempunyai struktur
tertentu dan disebut aquired pillikel. Setelah equired pellikel
trbentuk, bakteri mulai berproliferasi di atas permukaan pellikel.
Pellikel yang telah diduduki oleh bakteri akan menjadi bagian dari plak
(Ircham dkk,1993).
Pembentukan
plak tidak terjadi secara acak tetapi terjadi secara teratur. Pelikel
yang berasal dari saliva atau cairan gingiva akan terbentuk terlebih
dahulu oleh gigi. Pelikel merupakan kutikel yang tipis, bening dan
terdiri dari glikoprotein. Segera setelah pembentukan kutikel, bakteri
tipe kokus (terutama streptokokus) akan melekat ke permukaan kutikel,
yang lengket, misalnya permukaan yang memungkinkan terjadinya perlekatan
dari koloni bakteri. Organisme ini akan membelah dan membentuk koloni.
Perlekatan mikroorganisme akan bertambah erat dengan adanya produksi
desktran dari bakteri sebagai produk sampingan dari aktivitas
metabolisme. Baru kemudian, tipe organisme yang lain akan melekat pada
masa dan flora gabungan yang padat, kemudian mengandung bentuk organisme
filamen. Plak dapat melekat pada gigi secara supragingiva atau
subgingiva, pada servik gingiva atau pada poket periodontal. Kedua tipe
plak tersebut bervariasi karena menyerap substansi yang berbeda dari
ludah dan diet pada plak supragingiva, dan eksudat gingiva pada daerah
subgingiva. Bentuk awal dari plak lebih kariogenik sedang bentuk akhir
dapat merangsang terjadinya penyakit periodontal (Forrest, 1991).
Waktu Pertumbuhan Plak
Waktu
yang cukup untuk perkembangan plak didapatkan bila seseorang
mengabaikan tindakan kebersihan mulut. Plak dapat dihilangkan dengan
menggosok gigi, tetapi hanya bersifat sementara. Lapisan ini akan
ditemukan kembali segera setelah menggosok gigi. Dalam waktu relatif
cukup singkat, permukaan email gigi tertutup oleh bakteri jenis coccus.
Setelah + 10 menit coccus mulai berkembangbiak, bila kita makan sukrosa
maka kuman dalam plak akan merubah sukrosa menjadi asam yang dapat
melarutkan email, sehingga terjadi karies. Apabila plak dibiarkan tumbuh
maka pada hari kedua menetaplah kuman bentuk filament dan setelah hari
ketuju muncullah jenis kuman spiril dan spirochaeta. Sesudah hari ketuju
plak mengandung bermacam-macam kuman yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit gigi dan mulut (Nio, 1987).
Menurut
Caranza (1990) dalam Sriyono (2005), plak dapat terbentuk segera
setelah gigi dibersihkan. Plak terbentuk 1jam setelah gigi dibersihkan
dan mencapai maksimum setelah 30hari.
Pencegahan Plak
Menurut Besford (1996) pencegahan plak gigi dapat dilakukan :
a. Secara mekanik yaitu dengan menyikat gigi dan pembersihan interdental dengan menggunakan benang gigi (dental floss) .
b. Secara kimiawi yaitu kumur-kumur dengan cairan antiseptis.
c. Mengurangi konsumsi makanan manis dan lengket.
d. Memperbanyak konsumsi buah-buahan yang berair dan sayuran berserat.
e. Pemeriksaan gigi secara berkala.
Menurut
Srigupta (2004) kekuatan fisiologis alami yang membersihkan rongga
mulut tidak mampu menghilangkan plak gigi. Sehingga mengontrol plak
merupakan cara untuk menghilangkan plak dan mencegah akumulasinya.
Inilah tingkatan utama dalam pencegahan penyakit gusi dan karies.
Sumber :
Roeslan, B.O., 2002, Imunologi Oral Kelainan di dalam Rongga Mulut, FKUI, Jakarta
Depkes,
1995, Pedoman Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Ibu Hamil, Ibu
Menyusui, Balita dan Anak Prasekolah Secara Terpadu di RS dan
Puskesmas, Jakarta
Houwink, B.,
Dirks, O.B., Cramwincklel A.B., Crielaers, P.J.A., Dermaut, L.R.,
Eijkman, M.A.J., Huis In’t Veld, J.H.J., Konig, K.G., Moltzer, G.,
Helderman V.H., Pilot, T., Roukema, P.A., Schautteet, H., Tan, H.H.,
Velden-Veldkamp, M.I.V.D., Woltgens, J.H.M, 1993, Ilmu Kedokteran Gigi
Pencegahan, Gajah Mada University Press, Yogyakarta
Sriyono, N.W., 2005, Pengantar Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan, Medica Fakultas Kedokteran UGM, Jogjakarta
Ircham, Ediati S., Sidarto S., 1993, Penyakit-penyakit Gigi dan Mulut Pencegahan dan Perawatannya, Liberty, Yogyakarta
Forrest, J.O., 1991, Pencegahan Penyakit Mulut (terj.), Hipokrates, Jakarta
Nio, Bhe. K., 1987, Preventif Dentistry, Yayasan Kesehatan Gigi Indonesia, Bandung
Besford, J., 1996, Mengenal Gigi Anda Petunjuk Bagi Orang Tua (terj.), Arcan, Jakarta
Srigupta, Aziz Ahmad, 2004, Perawatan Gigi dan Mulut, Prestasi Pustaka, Jakarta